Animated  Sparkly Love Heart

Selasa, 16 Juni 2020

6 KEGIATAN YANG DAPAT DILAKUKAN SAAT 'DI RUMAH SAJA'


6 Kegiatan yang Dapat dilakukan saat 'Di Rumah Saja'

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Tulisan ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah 'Kealamiahan Dasar' tentang Covid-19.

Nama : Eka Sari Siagian
NPM : 19053023
Kelas : 2A Bahasa dan Sastra Indonesia
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Asahan


Sebelumnya kita telah banyak mendengar tentang Covid-19, wabah yang saat ini masih meresahkan masyarakat, sehingga kita juga ikut andil dalam kegiatan karantina atau dirumah saja. Untuk kita  generasi milenial pastinya sangat anti dengan yang namanya’ di rumah saja’ sekarang ini kita akan membahas tentang bagaimana caranya Mengisi waktu luang semasa Covid-19.
Sebelum Covid-19 menyerang,  kita selalu mengisi waktu luang dengan bertemu orang dekat ataupun teman-teman, dengan adanya social distancing membuat kita harus membatasi interaksi antar manusia, pertemuan langsung, sehingga semuanya serba online, agar terhindar dari yang namanya wabah Penyakit ini, langsung saja tanpa banyak spekulasi kita akan memulai dari kegiatan yang pertama.

1. Merawat Diri



Sudah Weekend! Saatnya Merawat Diri!
kegiatan pertama yang dilakukan adalah merawat diri. Sosial distancing yang dilakukan membuat kulit kita tidak terpapar sinar matahari dan polusi namun hal itu tidak menjadi sebuah alasan untuk kita tidak merawat diri, dengan adanya karantina ini sebaiknya kita rajin lebih rajin untuk merawat diri kita lagi seperti melakukan Skin Care dengan rutin, masker atau pun perawatan lainnya yang dapat kita lakukan sendiri di rumah.

2.  Membuat Dalgona Coffee


3 Cara Membuat Dalgona Coffee Tanpa Mixer, Diganti Saringan atau ...
Nampaknya, semua orang kini sudah tahu apa itu kopi Dalgona. Kopi kekinian yang katanya berasal dari Korea Selatan ini menjadi tren baru di dunia kuliner dan pecinta kopi. Pasalnya, bukan hanya rasanya yang lezat dan bikin ketagihan, tetapi bahan-bahan yang dibutuhkan juga sangat sederhana! Buat kamu yang belum tahu cara membuatnya, bisa melihat video tutorial cara bikin #dalgonacoffee di Tiktok. Atau, kamu bisa langsung melihat akun kreator yang telah membuatnya. 

3. Membaca Buku

8 Manfaat Baca Buku, Meningkatkan IQ Hingga Memberi Latihan pada ...
kegiatan dirumah yang selanjutnya dapat dilakukan adalah membaca buku, Kegiatan ini dapat menjadi suatu kegiatan yang mengasikan apabila kita tidak hanya terfokus pada gadged dan mendalami suatu hal yang dibahas dalam buku tersebut, apalagi untuk orang-orang yang menyukai buku sepeti saya.
Membaca buku diruangan tertutup juga menambah konsentrasi kita sehingga waktu tidak akan terlalu lama berjalan.

4. Memasak

Cetak Rekor Dunia, Koki di Kenya Memasak Selama 75 Jam - Global ...
Memasak juga menjadi salah satu pilihan yang tepat, saat social distancing. Meski memasak adalah kegiatan yang sangat umum untuk dilakukan, namun tak ada salahnya jika kalian memasak untuk disajikan kepada keluarga.Atau, bisa juga memasak bersama keluarga untuk menghabiskan waktu bersama.

5. Olahraga 

Jaga Stamina, Ini Jenis Olahraga yang Bisa Dilakukan Saat di Rumah
Jika kamu bingung karena tidak bisa ke gym untuk berolahraga, berbagai kreator Tiktok mengajakmu untuk berolahraga di rumah bersama-sama keluarga atau pasangan menggunakan lagu-lagu yang sedang hits di Tiktok. Kamu bisa melihat akun @ZeeZeeShahab yang duet dengan suaminya untuk melakukan#plankchallenge.

6. Berkebun

Tips Berkebun di Rumah, Memilih Media Tanam Hingga Bikin Pot Simpel
Menanam tanaman yang simple juga bisa menjadi alternative kita saat mulai bosan dengan keadaan, menanam bunga ataupun sayur atau mungkin tanaman hias adalah hal standart yang bosa kita lakukan tanpa memerlukan perhatian yang terlalu ekstra, sehingga akan membuat kita betah untuk tetap selalu dirumah, memephatikan tanaman kita yang mulai tumbuh.


Itulah tadi 6 Kegiatan yang dapat kita lakukan dalam keadaan ‘Dirumah Saja’ untuk kita para generasi milineal. Nah, jangan pernah bosan dirumah dan selalu berfikir positif untuk segala keadaan yang ada, semoga tulisan ini dapat membantu kegabutan kamu ya readers.

Dan semoga bumi kita segera sembuh serta memberikan pelangi dalam kehidupan kita lagi, tentunya karna kita sudah kangen dengan kantin kampus dan juga teman-teman real life yang terkadang mengesalkan namun membuat kita rindu.

Selamat bersenang-senang didalam rumah^^

Jumat, 29 Maret 2019

(CERPEN) HIGH LEVEL FANTASY


Anyeong para Readers ku tercinta hehe 
Balik lagi dengan Mimin kalian yang super duper kece dengan cerita yang amburadul, kali ini Mimin enggak buat FF tapi buat CERPEN!!! Yeayyyy!!!a
Terimakasih buat Peterpan yang menginspirasi aku buat nulis cerita ini, yup CERPEN ini Mimin buat berkat lagu Peterpan yang judulnya 'Khayalan Tingkat Tinggi' 
Satu lagi!!! Jangan harapkan romance ya hehe
Langsung aja nih CHEK!! |THIS!! OUTTTT!!!






High Level Fantasy

Taman,tempat yang sangat menarik untuk bertemu banyak orang sekaligus atau harus ku katakan sebagai tempat yang paling biasa untuk bertemu orang lain. Aku duduk di kursi taman yang panjang, waktu itu tahun 2011 dan cuaca sangat indah di sore hari, iya, sore, aku ingat masih banyak burung layang yang terbang mengintari langit ataupun kutilang yang hinggap dipucuk-pucuk cemara, hari itu, Senin yang menyenangkan tanpa ada orang yang sadar aku tertarik dengan seorang wanita yang saat ini tengah tertawa bahagia bersama seorang pria yang tak penting untukku. Melihat senyumnya yang begitu indah, aku merasa perlu untuk memilikinya. Ketika melihat ke arah pandangnya aku merasa waktu seolah memberikan kesempatan untukku, kurasakan dentingan detik yang perlahan memudar dan menghentikan waktu, hanya ada aku dan dia. Tanpa sadar, aku ikut tertawa saat ia menunjukkan garis wajah senangnya. Sekarang yang tersisa adalah dia yang mengelilingiku, wajahnya menghantui pikiranku, apalagi saat dia akan pergi, ia berbalik melihat ke arahku membuatku harus tersenyum malu memandangnya.

Aku tak harus bertemu tiga kali untuk mengatakan bahwa dia adalah takdirku bukan? Karna ku rasa dua kali saja sudah cukup untuk membuatnya menjadi milikku.


Banker dibawah perpustakaan ini menjadi saksi, saksiku sebagai pemilik wanita ini seutuhnya, aku sangat ingin memilikinya hingga kuberanikan diri mengajaknya ke tempat persembunyianku, kami diam cukup lama saat memasuki banker ini, cukup lama dalam keheningan yang membuat jantung saling memburu

Ingat apa yang paling mengesankan sekaligus mengesalkan? Suara berdecit pintu banker yang terbuat dari beton itu, sangat mengganggu tapi juga mengagumkan karna setiap kali aku membuka pintu itu aku jadi teringat wajahmu yang menunggu kedatanganku, aku sangat menyukai wajah bahagia seorang gadis  yang menanti kekasihnya. Ekspresi itu, sangat menenangkan hatiku.

“Aku bahagia”
Ucapan itu tergambar jelas pada ekpresimu, aku tau, tanpa kau beritahupun aku tau hal itu. Karna tanpa ucapan apapun ketika dua orang saling mencintai, mereka akan mengerti,
Tangan lembut yang membuatku semakin cinta padamu ini tak akan ku lepas, selamanya akan ku genggam, selamanya.


Waktu itu, ya, ini cerita lama, kenangan yang membuatku terus teringat padamu adalah saat kau mengatakan bahwa kau juga mencintaiku, rasanya seperti jutaan kupu-kupu menggelitik jantungku, hingga tanpa sadar aku terus menggigit seluruh bibirmu dengan sangat kencang, maaf mungkin kau sedikit kesakitan waktu itu.

Aku sangat ingin mengatakan bahwa kau bisa lari kapanpun dari hidupku, tapi kau bilang kau tak bisa,  itu membuatku sangat percaya padamu, aku tau kau tak akan pernah bisa melakukannya.
Hingga saat ini, wajahmu tetap kusimpan dalam lemari ingatanku, orang-orang mungkin tak akan mengerti dengan diriku, kenapa aku masih menyimpanmu sampai sekarang tapi aku yakin bahwa kau 100% mengerti diriku. Karna kita saling mencintai bukan?

“Kita saling mencintai bukan?”
Ucap Davin pada sebuah wajah berbingkai kaca tersebut.

“Apa kau akan tetap melanjutkan hal ini?”
Ucap Davin pada pantulan dirinya dicermin, bayangan itu lalu mengangguk

“Kau juga menyukainya bukan?”
Tangannya menggenggam, saat tinjunya akan melayang, ia berhenti, lalu mengambil nafas panjang kemudian menutup matanya dan kembali menatap datar ke arah cermin.


Saat itu 2011, Davin telah memperhatikan Maria cukup lama, merasa terganggu dengan tatapan aneh Davin, Maria segera menghampiri Davin

“Maaf, tapi apakah aku mengingatkanmu pada seseorang?”
Tanyanya pada Davin yang malah tersenyum memandang Maria

“Maaf”
Jawab Davin dengan cepat lalu meninggalkan Maria dengan ekspresi tidak percaya.


Mentari telah lama berpindah tempat dan mempercayakan bulan untuk menjaga bumi, Maria menaiki taksi menuju tempat tinggalnya tanpa perasaan janggal apapun, hingga ia turun dari taksi ia tetap tenang, hingga seorang satpam memberikan minuman untuknya, minuman favoritnya, banana milk.

“Seseorang menitip ini untukmu nona, katanya kau cantik hari ini”
Kata-kata satpam itu membuatnya senang dan meminumnya tanpa masalah, setelah menghabiskan minumannya, ia mengucapkan terimakasih pada satpam itu dan mengundurkan diri, ia memasuki gedung apartemenya dan langsung menuju unit miliknya. Sesaat sebelum ia benar-benar masuk kedalam, ia ambruk.

Gelap.
Saat aku membuka kedua mataku, rasanya sakit sekali, saat kesadaran sudah kudapatkan aku merasakan sakit yang luar biasa, entah kenapa, entah apa yang salah. Tanganku terikat dengan sangat kencang, ah aku tau penyebabnya, kakiku di tarik keatas dan diikat secara terbuka, posisiku sekarang terbalik, tanah terlihat seperti langit dan langit seperti bumi, darahku naik memenuhi kepala. Aku tak tau ini mimpi atau kenyataan, tapi saat ku dengar suara berdecit, aku dapat merasakan kengerihan yang mencekam hingga harus ku alihkan pandangku, kemudian seseorang yang tampak familiar mendekatiku

Ya, dia pemuda yang kutemui di pusat perbelanjaan tadi siang.

“Maria, aku Davin dan aku sangat menyukaimu, kau tau perasaanku kan?”
Perkenalan sekaligus pernyataan itu membuatku ketakutan, otakku tak bekerja dan rasanya sesak, aku takut, sangat.

“Maria” 

Saat ia menyebut namaku dengan perlahan, bulu kudukku berdiri, mataku berair, ia menyentuh wajahku yang ketakutan, tangannya sangat lembut, aku ingat rasa itu, rasanya menjijikkan.

“Aku mencintaimu sejak pertama kali kau melihatku di taman waktu itu, aku suka dengan tatapanmu, sangat menawan, kau juga menyukaiku kan?”

Bibirku kaku, diam beribu bahasa dengan pertanyaan konyol itu, dulu, aku tak pernah belajar tentang psikopat, aku tak tau apa yang harus ku lakukan saat aku harus bertemu langsung dengan mereka.

“KENAPA DIAM?!! JANGAN MEMBUATKU JADI ORANG YANG MENYEDIHKAN!!!”
“KATAKAN KAU JUGA MENYUKAIKU!! KATAKAN!!”

Ia merancau, lalu dibantingnya semua alat yang ada disitu, kursi itu hancur berkeping-keping. Aku menangis ketakutan, aku menangis tanpa suara dengan seluruh tubuhku yang bergetar.

“AHH SIAL!!”
Makinya

“Ini tak benar, Maria maafkan aku, maaf aku tak bermaksud, Maria, aku tak bermaksud membuatmu ketakutan”

“Maria, MARIA!! DIAM!! AKHHHHH”

Aku tak dapat merasakan apapun kecuali kengerihan itu, saat ia sudah mulai tenang, ia memandang wajahku kembali, di belainya wajahku

“Aku sangat menyukai ekspresimu, wajah ramahmu pada semua orang, aku sangat ingin memilikinya”

Kalimatnya membuatku menggigil kembali

“Jangan, Ku mohon jangan”
Aku terisak, lalu semuanya menjadi gelap kembali,

Sekali lagi, ketika aku membuka mata, semuanya telah kembali normal, kepalaku tidak menghadap bumi, hanya saja, tanganku terikat ke atas dengan kakiku yang ikut terikat di antara kaki kursi, tubuhku juga terbalut tali di antara kursi ini, aku duduk dengan tali yang melilit seluruh tubuh.
Lampu neon 5 watt menemani pandanganku, aku berteriak meminta pertolongan, namun percuma, hanya ada gema di ruangan ini.

Entah pukul berapa sekarang, bibirku menjadi kering, dengan perut yang keroncongan, suara berdecit kembali terdengar, derap kaki seseorang juga tergambar jelas
Ia datang dengan senyuman terpampang di wajahnya, saat wajahnya menghadap ke arahku, aku meludahinya.

“Sayang, apa yang kau lakukan pada kekasihmu?”
Tanyanya padaku, aku tau nasibku, apalagi yang harus ku takuti?

Ia memaksaku memakan nasi yang ia sulangkan untukku, aromanya sangat busuk dan sangat menyengat, kau penasaran dengan apa yang diberikannya? Itu adalah tahu yang di campur dengan nasi, lebih tepatnya, tahu berjamur dengan nasi lembek basi berulat, kau tau hal gila apa yang dikatakannya?

“Sayang, makanlah, ini adalah cintaku untukmu”

“Ah,bukan, tapi rasa cintaku untukmu, terlihat menjijikkan tapi percayalah, rasanya sangat menyenangkan, apalagi saat kepala ulat ini meletus diantara sela gerahammu, kau mungkin akan penasaran dengan kata terakhir ulat yang harus mati ini, tapi ia harus mati untuk membukatikan kesetiaannya”

Saat ia menjelaskan hal itu, matanya membesar, ia bersemangat, nafasnya tak beraturan lalu rona bahagia menyelimuti wajahnya.

“Maria, sayang, aku mencintaimu”

Ia membelai rambutku, menariknya perlahan lalu menahannya, sakit sekali,sakit yang tertahan.

“Aku tak ingin kau pergi dari sini, aku menyayangimu, aku cinta padamu, Maria”

Ia lalu keluar dengan menumpahkan piring berulat itu di pangkuanku, aku dapat merasakan ulat yang menggeliat mulai memasuki tubuhku, perlahan mereka melata di antara kulitku, aku berteriak dan menangis sekuat tenaga.

Ia datang kembali membawa sebuah alat yang mengerihkan, gergaji mesin.

“Untuk apa itu? Gila! Bangsat kau, aku tak akan memafkanmu, Setan! Anji##! Bangsat!”
Aku merancau begitu ku lihat benda itu, aku ketakutan

Suaranya memekakkan telingaku, aku menatapnya tajam, kulihat wajahnya yang bersemangat

“JANGAN!!”
Aku berteriak

“Ku Mohon, Aku juga mencintaimu, jangan! Jangan lakukan itu, aku sangat mencintaimu”
Aku memohon padanya, tapi percuma,

‘nggg..nggg..NGGG’

Suara gergaji mesin itu semakin keras, aku menangis dengan kekuatanku, merasa ngerih dengannya

“Sayang, aku hanya takut kau akan kabur dan meninggalkanku sendiri, ini tak akan lama”

Ku mohon cabut nyawaku sekarang Tuhan,
Rasanya tak akan kau bayangkan

“nngingg grgr ngggr”

Darah keluar dari kakiku, ngilu sekali, perih dan sakit,

“AAAHHH!!!”
“EUGGHHHHHH AHHHHH”

Aku berteriak, merasakan ketika kulitku terkoyak dan besi itu mencapai pada tulangku hingga menembusnya,  yang kulakukan hanya menangis dan berteriak, tubuhku menggelenjang hebat saat ku lihat kedua kakiku telah terjatuh di lantai,

“AHHHHHKKKKKKKKKHHH”
Aku berteriak sekencang-kencangnya dan langsung ambruk.

Ku kira, saat itu aku akan langsung mati, tapi tidak, hari terus berlanjut dan darahku telah berhenti bercucuran, yang paling mengerihkan adalah, dia meminum darah itu dan memberikannya padaku, dia bilang dengan begitu, dia dan aku dapat menyatu selamanya.

“Kau GILA! TAK WARAS!!”
Aku berteriak, kaki ku di gantungnya dilangit-langit, aku masih membayangkan kaki itu melekat di antara tubuhku,rasa ngilu saat melihat kaki itu tetap terasa dan bertahan,

“Sayang”
Ucapnya penuh penekanan

“Aku telah lama tak melihat jemarimu”
Sambungnya

Aku mengantupkan mulutku, mencoba merasakan kehadiran jari jemariku, pupil mataku terus membesar dan bergerak gelisah, ia menampakkan giginya kembali, aku tau ekspresi itu, aku putus asa.

“Aku tak akan memberimu gergaji berisik itu, aku hanya ingin menggenggam tangan lembutmu”
Ucapnya membuatku sangat ketakutan, ia menghampiriku, membuka tali pada kedua tanganku, walau tubuhku mungkin tak dapat bergerak lagi, tapi aku percaya pada tanganku, ku cakar wajahnya dan ku maki ia dalam tatapan.

“SIAL!”

Teriaknya, ia melotot ke arahku, menarik meja yang memang telah lama tertinggal disitu, ia menaruhnya tepat didepanku, meraih kedua tanganku dan mengikatnya di sana, aku sangat lemas karna telah kehilangan banyak sekali darah hingga tak bisa lagi melawan kekuatannya

“Padahal aku hanya ingin menggenggamnya, tapi, kau malah memberikan untuk selamanya”

Di imbuhinya tanganku, di tempelkan wajahnya di punggung tanganku, ia menatapku dengan sangat menjijikkan

“DASAR SETAN BERENGSEK! GILA! TAK WARAS! KAU BUKAN MANUSIA!! SIALAN!!”
Aku terus memakinya, lalu ia tertawa

“teruskan sayang, teruskan, makianmu sangat seksi”

Setelah mengatakan itu, aku mendengar ia menyeret sebuah alat, itu adalah kapak yang cukup besar, ludahku tak dapat ku telan, dan ku harap aku akan mati setelah ini.

“Padahal aku tak begitu tertarik dengan wanita buntung”
Ucapnya, lalu..

“KLACKKK”
Ia tak memutus di pergelangan tangan, tetapi di antara siku, sendiku terlepas, yang paling menyiksa adalah, saat darah bermuncratan dari sisa lenganku, ia mengambil sebuah bolpoin dan menusuk di antara sumsum tulangku yang masih menyatu, sangat sakit kau tak akan bisa membayangkannya, sakit sekaligus ngilu, lebih ngilu dari yang kau bayangkan. Ia terus menusuk di seluruh area lenganku yang masih lekat dengan tubuhku, saat aku masih sadar dan samar memandang ke arahnya, ia mengatakan hal ini

“Saatnya memiliki ekspresimu seutuhnya”

Aku tak merasakan apapun saat siletnya melukai wajahku, aku hanya merasakan ada aliran darah yang muncrat diantara pipi yang menyambung dengan telingaku, lalu, sayatan itu turun ke antara dagu dan leher, kemudian, aku melihat kulit wajahku menggelayut diantara mataku, tak puas dengan itu, ku rasa ia mengambil gergaji dan mulai menggergaji sebagian dahiku, hingga akhirnya aku tak merasakan apapun dan tertidur sangat panjang.


-Tamat-

















Epilog

“Sepertinya dia menyukaimu”
Ucap Raihan pada Maria yang membuatnya tertawa dengan keras, Maria melirik ke arah Davin yang tak memperhatikannya

“Jangan gila”
Jawaban itu membuat Raihan ikut tertawa

“jujur saja, jika pria tampan sepertinya mendekatimu pasti langsung kau terima dan jadikan pacarkan?”

Maria tak menanggapi pertanyaan itu, hanya terus tersenyum dan menutupi wajahnya yang mulai memerah

“Hei, hei, Helen sudah di bioskop nih, cabut yuk, dia bakalan teraktir daging katanya”

Ajak Raihan pada Maria yang langsung di setujui, kemudian saat Maria benar-benar ingin meninggalkan tempat itu, ia menolehkan kepalanya dan langsung bertatap muka dengan Davin, ia tersenyum canggung kemudian berlari menghampiri Raihan.


-SELESAI-




Nah nah gimana? Gak ada romantis-romantisnya kan?? Hehe Jangan lupa Tinggalakan jejak Readers sayang~~~~ MUACHHHH Salam Siagikwang ~.~

Rabu, 12 Desember 2018

[[FF]] TO ALL BOYS I'VE BIASED BEFORE Part II

To All Boys I've Biased Before

Anyeong Readers ''// Mimin kembali dengan part II dari FF ini, di part II scene mereka akan lebih  banyak kayaknya haha karna di Part I kan emang pengenalan doang, FF ini juga Mimin Share di Wattpad ya, jangan lupa dukung Mimin disana~~ Mimin sebenernya gak tau ya apa ada yang masih baca FF atau enggak apalagi lewat Google tapi gimana dong Mimin sukanya disini hehe Stay TUNE terus Blog Gaje Mimin ya!!!

To All Boys I’ve Biased Before (My Bias)
PicsArt_11-26-07.43.51[1]
Title : To All Boys I’ve Biased Before / My Bias
Author : Siagikwang
Genre : AU, Romance, Drama
Cast :  – WannaOne 
            – Lee Hara as You
            – Bae Sujin 
            – Other
Summary : “Hari berjalan seperti biasa, masih dengan langit yang sedikit mendung dan tatapan mematikan dari fans Minhyun, tak apa, semua orang bebas berpendapat sesukanya. Hwang Minhyun datang kesekolah hari ini, dengan senang hati aku memperhatikannya, wajahnya masih putih, kulitnya masih halus, senyumannya masih sama dan jelas sekali suaranya masih indah dan akan tetap seperti itu”
DISC : CAST ADALAH MILIK TUHAN YME,AGENSI,ORANG TUA DAN MILIK MEREKA SENDIRI, AUTHOR HANYA MEMINJAM NAMA,WAJAH SERTA AKTING MEREKA, DON’T COPAS TANPA IZIN, CERITA INI MURNI HASIL PEMIKIRAN DARI ISI KEPALA YANG BERANTAKAN MILIK MIMIN
To All Boys I've Biased Before

“Kenapa berhenti Guanlin?” tanyaku ragu kepadanya, bukannya langsung menjawab dia malah mengernyit padaku tatapannya tampak bingung, lebih bingung daripada aku yang menerima ajakannya tiba-tiba.

“Kau siapa ya?”

Jiwaku melayang saat pertanyaan itu keluar dari bibir sexy Guanlin, aku merasa seperti ‘oh? Ini dimana? Ng? siapa aku?’ aku benar-benar kehilangan akalku, dengan segenap kekuatan aku berlari menjauhi Guanlin yang terus menatapku dengan canggung, ayolah aku dapat menjadi sangat canggung jika bertemu dengannya. Tunggu, lalu kenapa dia membuka payungnya tepat didepanku?
Aku sampai rumah dengan selamat setelah menaiki bus dan membuka kunci kamarku, apa-apaan kejadian memalukan itu? Memalukan! ”Apa yang sedang dilakukan Minhyun ya?” lirihku perlahan pada computer didepanku, aku mengunjungi fancafe dan membual semuanya tentang Minhyun.

“Hara, kau dimana? Cepatlah kerumahku jika kau ingin segera melihat Minhyunmu’’

Begitulah bunyi chatt Sujin saat aku memeriksanya, aku segera bergegas mendatangi rumah Sujin, sekedar informasi, apartemen Sujin berada diseberang jalan apartemen Minhyun dan kamar Sujin berada tepat mengarah ke kamarnya Minhyun, jadi aku dapat menggunakan teropong untuk melihatnya.
Pernah waktu itu aku mengawasi Minhyun satu harian penuh dan dia hanya tidur dan tidur, aku hampir gila saat itu. Dengan sangat cepat aku sampai di apartemennya Sujin, membuka jendela kamarnya dan mengambil teropong kesayanganku yang telah tinggal disini lebih dari 3 tahun.

“Aku heran, apa sih yang membuatmu terobsesi dengan Minhyun?”

Pertanyaan yang telah ditanyakan Sujin sebanyak tiga ratus empat puluh tujuh kali selama aku berteman dengannya dan jawabanku tetap sama.

“Dia tampan” jawabku singkat,

“Bukankah banyak pria lain yang lebih tampan darinya?” Tanya Sujin lagi

“Iya, banyak sekali, tapi mereka bukan Minhyun”

 Sujin menggeleng-gelengkan kepalanya membuatku semakin semangat memperhatikan Minhyun yang sekarang sedang berjalan kearah jendela.
Jangan!!jangan jangan jangan jangan~~!! Kumohon jangan tutup tirainya, aku mengirim telepati pada Minhyun supaya ia tak menutup tirainya dan sepertinya bekerja, aku tersenyum bersyukur. Namun kurasa telepatinya bekerja terlalu efektif sehingga Minhyun melihat kearahku, apa yang harus kulakukan? Tanpa sadar aku tetap melihatnya melalui teropong, dan kulihat ia tersenyum padaku, aku tak akan dianggap sebagai stalker kan? Sesaat kemudian, Minhyun menutup tirainya dan memadamkan lampu kamarnya, mungkin dia akan tidur dan aku memutuskan untuk menginap dirumah Sujin malam ini.

Malam yang panjang, aku terbangun pukul empat dan kulihat Sujin masih sibuk dengan bukunya.

“Kau tidak tidur?” suaraku parau

“Umm, tidurlah lagi, aku hampir menyelesaikan soalku, jangan khawatir” jawabannya membuatku berfikir lagi, bukankah aku dan Sujin sekolah dibangunan yang sama dan pada semester yang sama? Tapi kenapa hanya dia yang sibuk mengurusi tugas? Ah~ entahlah, memang nilai sempurna tidak akan datang begitu saja.

Pagi hari datang, aku berpamitan pada orang tua Sujin untuk pulang karna aku memang tak membawa seragamku, sementara Sujin sudah keluar subuh tadi untuk belajar diperpustakaan, entah mau diapakan semua kepintarannya itu.

Ku lihat Sujin berjalan di tangga dengan lesu, aku mengendap ingin mengagetkannya tapi malah aku yang dikagetkan ketika ia berbalik.

“Ya! Kenapa dengan wajahmu? Berapa lama kau tidak tidur?” tanyaku khawatir

Sujin menunduk dengan  kantuknya sambil sesekali menguap
“Tiga hari” ucapnya lemah, aku memukul punggungnya berkali-kali

“Ya ampun, apa yang kau kerjakan sampai tiga hari tidak tidur, kau pasti tidak waras” ucapku sambil terus memukulnya
Sujin tidak melarangku, dia hanya tersenyum lalu perlahan duduk ditangga, disandarkan kepalanya dan sesaat kemudian dia langsung tertidur.

“Aihh wanita ini” aku menunggunya tidur untuk beberapa belas menit sampai bel masuk berdering.
 Kadang aku memuji diriku sendiri untuk kesetiaanku ini.

Hari berjalan seperti biasa, masih dengan langit yang sedikit mendung dan tatapan mematikan dari fans Minhyun, tak apa, semua orang bebas berpendapat sesukanya. Hwang Minhyun datang kesekolah hari ini, dengan senang hati aku memperhatikannya, wajahnya masih putih, kulitnya masih halus, senyumannya masih sama dan jelas sekali suaranya masih indah dan akan tetap seperti itu.

Namanya Ha Sungwoon, Gurumi. Dia adalah ketua dari genk preman disini,pengikutnya juga tak main-main, ada Daniel, Jaehwan dan Woojin yang selalu setia mengikuti langkah kakinya, kudengar dia sudah 5 kali tak lulus dan ternyata itu hanya rumor belaka untuk menakut-nakuti junior yang lain, yang lucu adalah Sungwoon adalah teman semasa kecilku. Dia adalah anak tetanggaku yang selalu menangis saat aku menyebutnya seorang putri, kau tak akan percaya betapa halus kulitnya, jika aku bisa aku ingin bertukar kulit dengannya.

Hari ini, dia berbuat ulah dikelasku, Bae Jinyoung yang juga salah satu dari delapan hoonnam diganggu oleh genk Gurumi, semua barang dalam tasnya dituang dan dihamburkan ke lantai, tak ada yang berani melawan karna Sungwoon adalah anak ketua yayasan, Daniel adalah anak wakil kepala sekolah, Woojin adalah anak kepala sekolah sementara Jaehwan adalah putra tunggal jaksa, siapapun yang menghalangi mereka harus segera angkat kaki dari sekolah ini, pernah satu kali, Kang Minhyuk mencoba melawan mereka namun akhirnya ia harus meninggalkan sekolah, padahal saat itu dia baru saja masuk kelas tiga.

“Jangan menatapku seperti orang bodoh” Sungwoon membentak kearahku yang memang melihatnya sedari tadi, aku memalingkan muka namun Daniel telah ada dihadapanku

“Kita apakan bos?” tanyanya pada Sungwoon, si boss tak segera menjawab, lalu tangannya dikibaskan mengisyaratkan bahwa Daniel harus melepaskanku.

“Aku benci kau, Ha Seungwoon” ucapku lalu kutinggalkan kelas

Dulu Seungwoon tidak seperti ini, apa yang salah dengan dirinya? Ah~ masa bodoh aku tak peduli toh masa kanak-kanak kami telah terlewat tujuh tahun yang lalu.
Saat aku cepat-cepat meninggalkan kelas, aku menabrak sesuatu yang keras, sakit sekali hingga membuatku terpelanting.

“Kau tak apa?”
Uluran tangan membarengi ucapan itu, suaranya khas dia adalah senior Yoon Jisung, anak kelas 3A, si penyuka sastra dan matematika.

“Ah Tak apa kak, maafkan aku tak melihat kakak, maaf sekali lagi” aku membungkuk dan kulihat dia juga membungkuk, jadi terpaksa aku harus membungkuk lagi namun lagi-lagi dia ikut membungkuk, jadi aku memutuskan untuk membungkuk sambil berjalan mundur meninggalkan senior Jisung.
Aku berhasil melarikan diri dikantin, mungkin tak ada yang sadar bahwa sekarang adalah jam makan siang karna kulihat kantin masih kosong, jam makan siang untukku lebih tepatnya. Guanlin duduk diujung pojok meja, iya, meja tempatku duduk, kenapa dia disini?

“Hai” sapanya padaku

“yes, hai. How are you?” aku tergagap sambil menerjemahkan bahasa yang akan dia katakan

“Fine, aku juga bisa bahasa Korea kok tenang aja” jawabnya singkat, dalam hati aku merasa lega karna nilai bahasa Inggrisku adalah minus tiga puluh empat.

“Udah berapa lama tinggal di Korea?” Tanyaku yang penasaran

Guanlin menghitung jarinya, tampaknya dia sangat serius tentang hal ini. mungkin karna tak mau kalah lama dengan orang Korea yang tinggal di Korea.

“Tiga bulan”

Aku tercengang bukan karna apapun, tapi untuk apa dia menghitung seperti Einstein jika jawabannya hanya tiga bulan? Bahkan lima jarinya masih tersisa.

“Ah iya”

Aku mulai memakan nasiku, Guanlin hanya duduk dan tak memakan apapun, oh dia meminum susu rasa pisang, mungkinkah itu adalah rahasianya sehingga ia bisa tinggi menjulang seperti itu?
Ha Sungwoon datang diwaktu yang sangat tepat saat aku dan Guanlin kehabisan kata untuk berbicara. Tunggu, waktu yang sangat tepat?  Bukankah aku kemari karna menghindari dia?

“Lee Hara” Panggil Sungwoon padaku, aku tak memperdulikannya, aku tetap diam duduk dengan santai, Guanlin memandang kearah Seungwoon

“Boss sepertinya murid Tiongkok ini ingin melawanmu” Woojin mulai melakukan tugasnya sebagai provokator dalam genk itu

“Yayayaya tidak baik berkelahi seperti gelandangan dan lihat betapa kurusnya orang Tiongkok itu sangat tidak sepadan dengan boss besar kita” itulah kalimat paling bagus yang diucapkan Jaehwan pada Sungwoon. Ah~ kalian mungkin bingung, akan aku jelaskan berhubung aku adalah istri Minhyun yang baik.

Ha Sungwoon adalah boss besar didalam perkumpulan tidak jelas ini, Daniel adalah bodyguard Sungwoon yang akan menyelesaikan segala tugas berat yang akan diberikan oleh Sungwoon terutama soal kekuatan. Kim Jaehwan adalah seorang ceriwis dia adalah si tukang maki, tukang fitnah dan tukang merendahkan lawan yang akan dihajar mereka seperti penjatuh mental dan terakhir adalah Park Woojin, si penimbul masalah utama, dia akan memprovokasi Sungwoon hingga membuatnya marah dan bebas menghajar lawannya. Penjelasan selesai.karna sebenarnya  aku tak mau membicarakan mereka lebih banyak dan mereka juga tak penting untukku.

Daniel menyeret Guanlin dengan paksa, membawanya kesuatu tempat yang aku juga tak tau dimana, aku tak dapat lagi mengikuti mereka karna tanganku ditahan oleh seseorang, orang itu adalah
“Min,,Minhyun?” aku tergagap, dia benar-benar memegang tanganku? Aku kaget memandangnya dan terus memandangnya, mungkin dia risih atau entah bagaimana dia melepaskan genggamannya

“ah~ maaf” katanya padaku, jangan minta maaf Minhyun, mintalah cinta dariku

“Tidak masalah, terima kasih karna mencegahku” aku merasakan pipiku mulai merona, apakah aku bermimpi? Tidak ini nyata. Minhyun tampak bingung, lalu mengangguk dan mengambil saus yang ada tepat didepan jemariku.

Aku tak memperdulikan Guanlin bahkan lupa tentang apa yang terjadi sebelumnya, aku berlari menghampiri Sujin dan tergesa untuk menceritakan cerita ini padanya, dan tempat yang paling tepat unruk menemukan Sujin adalah

Perpustakaan!

Mengedarkan pandangan untuk mencari keberadaan Sujin, ini agak aneh kenapa dia tidak ada di meja biasa? Ku lihat lagi hingga akhirnya aku masuk kedalam perpustakaan tempat yang tak pernah ingin kumasuki, Bingo! Itu dia, ck tertidur diatas meja dengan tumpukkan buku, seharusnya ia pulang jika ingin tidur. Dengan riang aku mendekati Sujin namun siapa sangka, sebelum aku benar-benar sampai dan membangunkan Sujin ada Jihoon yang memperhatikan Sujin dari jarak yang cukup dekat, ia tersenyum memandangi Sujin, mungkinkah, eh apa mungkin? Kenapa tidak mungkin? Sujin cantik dan juga pintar, tentu saja banyak yang antri untuknya. Aku merubah rencanaku, nanti aku akan menceritakan pada Sujin tentang Minhyun.

Berjalan dikoridor membuatku harus bertemu dengan Ong, ayolah kenapa harus sekarang? Ong hanya melirikku sedikit, sama seperti terakhir kali ia melirikku, jujur saja, apa ada yang salah pada diriku?

“Permisi” aku menyapa Ong duluan, ia berhenti

“Ya?”

Aku menghela nafas dan kuberanikan diri menatapnya, namun aku belum berani, aku menunduk kembali “Maaf sebelumnya, tapi apakah ada yang salah dengan diriku? Sudah dua kali kita berpapasan dan kau melirik tanpa ekspresi ke arahku, itu membuatku sedikit tak nyaman”
Ong mengangguk-anggukkan kepalanya

“Kau tak nyaman dengan lirikkan kecilku? Kalau begitu maaf, tapi aku juga sangat terganggu dengan tatapan tanpa ekspresimu yang menatapku lebih dari lima detik setiap kita berpapasan” ucapnya lalu meninggalkanku, aduh sikapku ini, bodoh.

Aku kembali melanjutkan perjalananku, jalan yang tak mudah saat aku bertemu dengan Sungwoon tapi kenapa dia sendirian?

“Lee Hara aku ingin bicara denganmu” Sungwoon menatapku dengan serius, apa yang diinginkan preman ini dariku sekarang?

Diam membatu, itulah yang kulakukan saat Sungwoon menarik tanganku, aku tak bergeming saat ia mencoba menarikku, hehe coba saja kalau bisa. Perlahan Sungwoon menurunkan cengkramannya.

“Semua itu salah paham” katanya padaku

“Tentang?” aku balik bertanya karna memang tak ada yang harus disalah pahami dengannya, semuanya jelas.

Wajah Sungwoon tetap serius membuat aku sedikit gugup dan merasa tak nyaman, aku tahu situasi ini. Sungwoon mengambil nafas dan kembali menatapku

“Aku dan Yuri tak pernah…”


“Hentikan” Potongku padanya

“Aku bahkan belum menjelaskan apapun” protesnya

“Aku tahu apa yang ingin kau katakan, tapi semua itu masa lalu aku tak ingin terikat pada hal itu lebih lama lagi”ucapku padanya, apa aku belum mengatakan tentang hubungan spesial kami? Yah itu dua tahun lalu, saat kami dikelas tiga SMP aku dan Sungwoon pernah memiliki suatu ikatan yang lebih dari sekedar teman, dulu dia sangat baik padaku walaupun kami sudah tidak pernah bermain bersama, namun pada saat itu dia menyatakan perasaannya untukku, polos sekali. Namun semuanya tak seindah bayangan anak-anak bukan? Jujur aku tak ingin menceritakan hal ini pada siapapun dan tak ingin mengingatnya lagi karna cerita itu harus berakhir tragis.

“Kau tak mengerti yang ingin aku katakan, berhentilah bersikap acuh dan dengarkanlah aku sekali saja, ku mohon Lee Hara” Sungwoon membuatku mengalah, aku tak mau berurusan dengannya tapi baiklah, toh cuma sekali ini saja kan?

“Okay, apa yang ingin kau ucapkan? Tapi jika ini benar-benar tak berguna lebih baik jangan, asal tau saja, hatiku telah lama berubah” aku memperjelas ucapanku, kulihat matanya sedikit bergetar

“Terserah dengan hatimu itu urusanmu, tapi aku tak ingin membuat orang salah paham dengan apa yang tidak kuperbuat, mengerti?” 

Tatapannya berbeda, apa yang harus disalahpahami dari situasi hari itu? Aku dan JooE berjanji bertemu ditaman saat itu, kami membeli es krim dan tanpa sadar aku melihat Yuri dan Sungwoon berpegangan tangan dengan es krim di salah satu tangan mereka, es krim itu adalah es krim strawberry kesukaanku dan sekarang es krim itu ada di tangan Yuri, aku melihat mereka berdua dengan jelas menyantapnya dengan nikmat sambil tersenyum, harus ku akui aku tak melihat wajah Sungwoon sepenuhnya tapi dari wajah Yuri telah menjelaskan semuanya, mereka bahagia dengan es krim kesukaanku. Begitulah akhirnya aku memutuskan hubungan dengan Sungwoon, bahkan ketika minta maaf dia tak membawakan es krim strawberry, menyebalkan.

“Aku kalah taruhan dengan Yuri, kami bertaruh bermain gunting,batu, kertas dan aku kalah sebanyak lima kali, jadi aku harus mengajaknya berjalan ke taman dan waktu itu Yuri memintaku menggenggam tangannya karna dia memiliki penglihatan yang buruk, kau kan tau kalau Yuri mengidap gangguan penglihatan” jelasnya padaku dengan wajah serius

Sebenarnya aku ingin menanyakan soal es krim itu namun ku tahan, aku hanya mengangguk dan mengatakan bahwa aku mengerti dan meninggalkan Sungwoon, karna aku memang sudah tak memiliki perasaan apapun padanya.

Saat aku kembali ke kelas, kelas itu rasanya kosong, yah kelas itu memang sedang kosong karna para siswa pasti melakukan kerja paruh waktu, apalagi sekarang pukul 2 hanya tersisa lima murid termasuk aku. Aku tak bersemangat sama sekali, hingga kelas berakhirpun aku tak melakukan pelanggaran apapun, aku hanya menonton papan tulis dengan tatapan kosong. Bukan, bukan karna Sungwoon apalagi Seungwoo, hanya karna hari ini, kenapa aku harus bertemu mereka semua hari ini? kenapa aku tak terlambat hari ini? kenapa?

Jihoon menyapaku saat bertemu dilorong, aku teringat kejadian di perpustakaan dan menjadi lebih lesu dari sebelumnya.

“Yaa kau baik-baik saja?” Tanyanya padaku, ingin kujawab tidak tapi apa mungkin? Tapi anehnya bukankah aku tak begitu menyukai Jihoon, iya, aku hanya menyukainya karna dia adalah artis medsos dan dia tampan, tak lebih.

“Tentu aja, kenapa? Oh iya, aku melihat semuanya loh” Ucapku padanya ditambah dengan godaan dari mataku yang membuatnya mengernyitkan keningnya

“Melihat apa?” Dia penasaran, lalu aku mengangkat bahu

“Aku melihat sesuatu di tempat sunyi dan pengap itu” Jawabanku membuatnya salah tingkah, senyumnya tertarik dan dia menggaruk belakang kepalanya, aku berlari meninggalkan Jihoon, tak apa aku masih memiliki Minhyun, yang entah kapan akan sadar dengan keberadaanku ini.
Aku duduk dipinggiran ranjangku, memperhatikan semua poster besar didinding, memandangi semua wajah Minhyun yang menyembunyikan senyumku

“Apa aku terlalu mencintaimu?” Lirihku perlahan

To Be Continue~!
Hehe How about the story? Jangan bully Mimin yes kkk~ Silahkan tinggalkan jejak pendapat kalian ya Readers~~~
CUPCAP With Cast~~
Ha Sungwoon tampak berjalan mendekati Siagikwang yang sedang duduk menikmati angin dipinggiran taman, dari raut wajahnya dapat terbaca bahwa ia sedang tak ingin bercanda. Begitu sampai di tempat Siagikwang Sungwoon langsung mengecam wanita itu.
"Ckckck apa yang dilakukan penulis ditempat seperti ini?  Bukannya mengerjakan sesuatu malah malas-malasan begini bagaimana pembaca mau mendukungmu?" suara khas Sungwoon membuat Siagikwang tersenyum kecil
"Apa maumu? Aku tau kau bukan type orang yang akan berjalan-jalan sendirian dan kebetulan bertemu denganku lalu menesahati dengan kata-kata sok bijak itu" Siagikwang beralih untuk menatap Sungwoon
"Itu benar, aku ingin protes dengan karakterku disini, hey aku bukan seorang preman kau tau" Sungwoon menatap Siagikwang, tatapan mereka bertemu, lama Siagikwang menatap tajam kearah Sungwoon, lalu sebelum akhirnya bangkit, Siagikwang mengatakan hal yang membuat Sungwoon tersenyum puas.
"Itu hanya setengah dari peranmu, kau harus menyaksikan akhirnya untuk bisa protes dengan baik" Siagikwang berjalan meninggalkan Sungwoon, namun apes jangan ditanya saat ia harus berpapasan dengan Woojin.
"SIAGIKWANG!!!!!!!!!" 
mengetahui bahaya yang datang Siagikwang langsung lari dengan tenaga yang baru dikumpulkan
"MAAFKAN AKU PARK WOOJIN" teriaknya.